It's the real time to realize,
Takdirku untuk menerimanya
Aku percaya, pilihan Tuhan itu yang terbaik
Termasuk pilihan Tuhan yang mempersatukan kalian
Bagaimana mungkin ini terjadi
Jika Tuhan tidak berkata " Iya "
Dan ini pilihan Tuhan
Yang sudah memutuskan hatiku untuk sakit
Dan menyuruhku untuk menerimanya
Bahwa kamu telah bertunangan
Friday, June 20, 2014
Perpisahan Kita
Ini hanya perasaan cinta untuk kamu
Jangan pernah hiraukan ini sebagai permasalahan
Yang paling pelik di hidupmu
Aku hanya mencintai kamu
Berharap agar kamu tahu perasaan ini
Tidak dapat ku ulangi kata untuk meminta,
Agar kamu mencintai aku
Tak sanggup ku berucap,
Maukah kamu menjadi kekasihku?
Karena satu yang kita percayai,
Walaupun kita bersama sekarang
Pasti akan berpisah,, NANTI
Jangan pernah hiraukan ini sebagai permasalahan
Yang paling pelik di hidupmu
Aku hanya mencintai kamu
Berharap agar kamu tahu perasaan ini
Tidak dapat ku ulangi kata untuk meminta,
Agar kamu mencintai aku
Tak sanggup ku berucap,
Maukah kamu menjadi kekasihku?
Karena satu yang kita percayai,
Walaupun kita bersama sekarang
Pasti akan berpisah,, NANTI
Summer Love One Direction Lyrics
Summer
Love - One Direction
[Zayn]
Can't believe you're packing your bags
Trying so hard not to cry
Had the best time and now it's the worst time
But we have to say goodbye
[Harry]
Don't promise that you're gonna write
Don't promise that you'll call
Just promise that you won't forget we had it all
[Niall]
Cause you were mine for the summer
Now we know it's nearly over
Feels like snow in September
But I always will remember
You were my summer love
You always will be my summer love
[Louis]
Wish that we could be alone now
If we could find some place to hide
Make the last time just like the first time
Push a button and rewind
[Liam]
Don't say the word that's on your lips
Don't look at me that way
Just promise you'll remember
When the sky is grey
[Niall]
Cause you were mine for the summer
Now we know it's nearly over
Feels like snow in September
But I always will remember
You were my summer love
You always will be my summer love
[Zayn]
So please don't make this any harder
We can't take this any farther
And I know there's nothing that I wanna change,
change
[All]
Cause you were mine for the summer
Now we know it's nearly over
Feels like snow in September
But I always will remember
You were my summer love
You always will be my summer love
You always will be my summer love
You always will be my summer love
Cerpen : Unchanged
Genre : Remaja, romatic, perselisihan remaja, drama
Author : Irma Herawati
Unchanged
Author : Irma Herawati
Unchanged
Dari
kejauhan aku melihat Hani sahabatku, berlari kearahku dan memanggil namaku. Aku
menghentikan langkah dan menunggunya hingga tiba di tempatku berada. “ Sa, lo
tau enggak ?” dia berhenti tepat di depanku nafasnya masih belum diatur tapi,
ia memaksakan untuk berkata sesuatu.
Aku mencoba meminta dia untuk mengatur nafas agar
lebih tenang. Walaupun masih ngos- ngosan dia ingin segera memberitahukan hal
penting tersebut, menurutnya. “ Tahu
enggak Sa? kalo Karin barusan ditembak sama cowok di depan Aula “.
“ Eumh, bagus lah kalo gitu “. Karin, sebuah nama
yang indah. Dia juga sahabatku, ngakunya.
Kita bertiga selalu jalan, nongkrong bareng, jurhat bahkan kita selalu blak-
blakan tentang rahasia yang enggak kami ceritakan ke orang tua.
Hani, dia mengejutkanku “ Tapi, cowoknya itu Tama,
lo masih bilang kalo itu merupakan kabar bagus ?”. Aku terdiam memikirkan
dalam- dalam apa yang akan terjadi selanjutnya, “ Lo sih terlalu akhir berangkatnya, jadi lo enggak bisa melihat peristiwa yang sangat mengharukan itu “
lanjutnya.
Wajahku merah padam setelah mengetahui apa peristiwa
menarik yang terjadi pagi ini. Iya aku cemburu, ada sedikit rasa marah, kecewa,
menyesal, dan putus asa semuanya bercampur jadi satu.
Aku berusaha sabar, melenyapkan segala perasaan yang
mengapi- api dalam hati. “ Lalu, cintanya Tama diterima sama Karin ?” masih
mencoba berekspresi bahagia.
Dengan pelan, Hani mengangguk. “ Siapa juga yang
enggak lumer kalo dinyanyiin lagu ‘ when I was your man’ pake gitar, apalagi
Tamanya juga popular di sekolahan ini. Pasti enggak nyesel kalo bisa pacaran
sama dia, bangga karena dapat pacar seorang anak konglomerat, bisa ngangkat
popularitas dan prestige nya sekaligus “.
Mataku tiba- tiba terasa perih aku tidak
menginginkan ini terjadi. Air mataku menetes butir demi butir, tak bisa ku
bending lagi dengan memejamkan mata. “ Bener lo Han ? “ ucapan terakhirku sebelum
pergi meninggalannya.
Susah, bahkan sangat susah untuk menjadi pengagum
rahasia. Setiap hari aku hanya bisa memandang, tidak bisa menyentuh, tapi aku
mencintai bahkan mungkin cintaku bukan hanya sekedar untuk Tama dengan segala
sifat pengerannya, Aku mencintainya dengan apa adanya dia, bukan dengan dia
yang ada segalanya.
Aku mencuci muka di washbasin yang diletakkan di
toilet sekolahanku. Tiba- tiba ada seseorang yang mengulurkan satu box tissue,
aku berharap itu adalah seorang cowok ganteng yang diam- diam mencintaiku dan
sekarang dia muncul karena melihatku bersedih.
Ternyata itu hanya ada di sinetron malam yang
romantis. “ Lo enggak papa kan ?” dengan lembut, Hani bertanya kepadaku seakan
dia khawatir. Aku menggeleng pelan.
Hani memang begitu, terbuka, jujur apa adanya, cuek,
perhatian, dan baik. Dia memelukku dengan hangat, aku bisa merasakan kasih
sayang seorang sahabat yang sesungguhnya dari dia.
“ Lo kenapa ?
Lagian lo sendiri kan yang nyuruh gue buat merahasiakan perasaan lo itu,
harusnya lo bisa terus terang “
“ Tapi gue malu kalo harus ngomong apa adanya
tentang perasaan gue ke Tama. Emangnya boleh seorang cewek ngomong perasaannya
ke cowok ?” aku protes ke Hani tentang ucapannya yang baru beberapa detik yang
lalu masih menggema di telingaku.
“ Boleh, Tama kan salah satu cowok yang lumayan oke
di sekolahan ini, pasti banyak yang suka sama dia. Nah, salah satu cara yang dipake
cewek agar perasaannya tersampaikan adalah dengan mengungkapkannya langsung “
dia mulai ceramah.
Hani itu orang yang tipe bicaranya panjang, tapi
tidak cerewet dan gaya bicaranya pun tidak ceplas- ceplos. Dia selalu memfilter
dulu apa yang ada di pikirannya sebelum di ungkapkan lewat kata- kata. Seorang
yang bijak dan penuh pertimbangan. Mungkin, Hani cocok untuk menjadi polisi
bagian penyelidikan.
“ Iya gue tau, yaudah lah. Yuk kita pulang !”
ajakku.
Aku dan Hani segera menuju parkiran. Baru aja mau
buka pintu mobil, Karin memanggil kami dari kejauhan. Suaranya khas, jadi aku
sangat mudah untuk menghafalnya dan memang sudah tidak asing lagi ditelinga.
“ Friends, sorry ya gue enggak bisa pulang bareng
kalian. Lain kali aja yaaa “ dia berbicara sambil senyum manis, dan menggandeng
Tama yang sekarang menjadi pacarnya. Lidahku kelu, enggak bisa mengungkapkan.
Aku kaget lihat mereka, cowok yang aku cintai jalan sama sahabat aku sendiri,
rasanya itu asem- asem gimana gitu.
“ Yaudah sana kalo mau pulang, atau malah sekalian
jalan sama Tama, sekalian aja sana kalian di lem biar lengket, enggak bisa
dipisahin. Lagian gue juga enggak ajak lo biar pulang bareng kok. Sok penting
banget sih lo! “ ucapku dari hati dan masih tertahan di tenggorokan.
Di sana aku melihat ekspresi Hani yang datar
sepertinya dia tidak memikirkan arti dari ucapan Karin barusan. Tapi dia
sekarang tidak berlidah kelu, dia memilih kata- kata yang nusuk tapi diucapkan
dengan gaya bahasanya yang santai “ Oke sana pulang! Kan kita juga bisa pulang
tanpa elo. Hati- hati dijalan ya “ dia memang seperti itu.
“ Oh ya Tama, kenalin ini teman- taman aku. Yang
rambutnya panjang namanya Hani dan yang rambutnya pendek namanya Risa “ dengan
gaya bicaranya yang centil, dia memperkenalkan kami.
“ Haedehh, masih aja disitu. Cepet pulang! Gue sebah
lihat kalian “ ucapku masih dalam hati.
Hani menyambut uluran tangan Tama sambil senyum,
memperlihatkan gigi rapi berbehel. Sedangkan aku, menyambut uluran tangannya
dengan ogah- oghan. Aku memang cinta sama Tama, tapi aku enggak mau menampilkan
cintaku ini secara berlebihan.
Sebenarnya kalo aku punya sedikit kesialan untuk
hari ini, aku pengen disela- sela jabat tanganku ini ada seseorang yang ndorong
aku dari belakang sehingga tanpa direncanakan aku dipeluk sama Tama. Tapi itu
enggak mungkin.
“ Udah yuk Beib, kita pulang “ Karin mengajak pacarnya, Tama untuk pulang. Tanpa
berlama- lama berdiri di parkiran, kita langsung cabut dari tempat itu
secepatnya. Aku pulang seperti biasa, naik mobil tebengan dari Hani. Aku rasa
dia tidak keberatan aku tumpangi, karena kalo pulang sekolah, dia melewati
depan rumahku.
Aku pulang dengan muka cemberut, seharusnya hari ini
aku bahagia karena nilai matematikaku itu terbaik. Eits, jangan salah dulu aku
mendapatkan nilai terbaik matematika bukan sekelas tapi dalam perjalanan
menuntut ilmu selama SMA ini, aku baru pertama kali mendapatkan nilai ulangan
sebagus ini 9,6. Itu adalah hasil terbaik aku selama SMA, entah kenapa aku
berfikir kalo pelajaran SMA jauh lebih sulit dibandingkan pelajaran SMP dan SD
bahkan TK. Bener itu, jangan ragukan pemikiranku.
Aku dan Hani selama perjalanan tidak berkomuniasi,
mugkin dia tahu kalo suasna hatiku sedang kalut, sehingga tidak memungkinkan
untuk diajak bicara. “ Sa, udah sampe dirumah lo. Inget, jangan nangis terus.
Nanti malam langsung tidur, jangan melek mikir yang macem- macem!” dia mulai
berceramah lagi.
“ Oke, siap deh “ aku mengacungkan jempol.
Aku melihat dia meluncur manjauh dari hadapanku.
Sekarang aku merasakan hampa, tak ada teman, aku melihat laptop seakan
melambaikan tangan untuk mengajakku bermain. Sejurus kemudian, aku berhasil
membuka halaman facebook.
Akhirnya, ada orang yang chat aku. “ Hey, gimana
kabar?” tanyanya. Aku pun kaget, ternyata dia orang tanpa nama, masalahnya nama
facebooknya itu “ aku disini selalu bersamamu dan akan selalu bersamamu selamanya “ namanya alay, masih
dibuat alay lewat tulisannya. Nama aja enggak jelas, apa lagi jenis kelaminnya.
“ Ni siapa ya ?” dengan tulisan yang wajar aku
menjawab. “ ini gue Jeremy, teman SD elo “ jawabnya sedetik kemudian.
“ Oalah, makannya nama itu yang jelas dong !” aku
menyindirnya.
“ Ya sori w engga tau, oiya apa kabarnya nie ?”
“ Baik, lo sendiri ??? “
“ Baik aja, “
“ Gue denger- denger skrg lo ikut bokap pergi ke
Singapura yaa, enak dong “ ucapku mengatakan yang sebenarnya dari apa yang aku
dengar dari teman- teman SD ku dulu.
“ Siapa bilang ke Singapura, gue aja Cuma ke Paris
kok “
“ Hahhh? Paris, OMG seriusan?”
“ Maksudnya ke Paris Van Java. Xixixi “
“ ... “
Begitulah, percakapan kami berlangsung sangat seru. Aku
sangat menikmatinya, bahkan peristiwa tadi sore yang sangat menyakitkan hati
pun bisa terlupakan. Percakapan di Facebook ternyata hanya awal dari sebuah
cerita indah, dia minta nomor telephoneku.
Setelah beberapa
hari, “ Sa, lo mau enggak
jadi pacar gue ?” tanya nya tiba- tiba saat kami sedang berbincang di telefon.
“ sorry, bukannya gue nolak. Tapi, emang gue belom boleh pacaran “ jawabku,
tanpa membuatnya menunggu.
“ Gue juga belum boleh pacaran sih sebenarnya, tapi
apa salahnya sih kita backstreet? “ walaupun aku sudah menolak, sepertinya dia
tetap memintaku. “ Gue enggak cinta sama lo, dan gue yakin kalo dihati lo itu
bukan gue “, aku memberikan alasan yang sebenarnya.
“ Kan cinta bisa datang karena terbiasa, coba
jalanin dulu deh Sejujurnya, gue udah
cinta sama lo itu sejak SD kelas 3 Ris. Gue lega kalo udah ngungkapin ini “ dia
berhenti bicara.
“ Trus ?” hening suara di sebrang.
“ Yaudah, kita temenan aja kalo bisa sahabatan “
ucapnya seketika, menghancurkan segala sepi antara percakapan kami.
Aku tersenyum, tidak merasa bersalah sama sekali.
Mungkin hatiku yang terlalu beku enggak bisa merasakan apa yang dirasakan
Jeremy, “ Nah gitu dong, kan kalo sahabatan malah enak, tapi apa salahnya sih
mencoba TTM-an “ Ucapku dengan senyuman.
Setelah itu kita melanjutkan hubungan seperti
biasanya. Setiap hari telfon-an, SMS-an, Chating-an, Facebook-an, dll-an. Ya
pokoknya, hubungan aku dan Jeremy makin deket deh.
Sampai pada saat istirahat, Aku, Hani dan Karin
nongkrong di kantin. Aku memulai percakapan dengan topik yang lumayan menarik
menurutku. “ Friends, gue deket lagi sama teman SD dulu “ kataku dengan
antusias.
“ Trus apa masalahnya buat kita?” Karin merespon
dengan sinis. Berbeda dengan Hani, ia menyambut dengan antusias “ Pasti seru
ya, kumpul lagi sama temen- temen SD. Gue jadi pengen “ Ia lalu mendongak ke
atas sambil senyum.
Dengan antusias, aku mencoba menjelaskan tentang
Jeremy“ Bukan temen SD semua, tapi Cuma satu. Gue dulu musuh bebuyutan sama
dia, eh sekarang dianya malah deketin gue lagi. Yaampun, gue enggak bisa
bayangin gimana wajahnya saat ini pasti ganteng, kan kecilnya aja udah cakep “
Aku cerita tanpa memikirkan apakah dua orang itu mendengarkan apa enggak.
Respon Hani biasa saja, sedangkan Karin berubah
antusias. “ Eh, lo kenal dari mana ?” tanyanya sambil senyum. Sebenarnya aku
malas menjawab, “ Ya gue kenal di SD dulu lah, kalo deket sekarang, lewat
facebook “ jawabku terus terang.
Karin tambah cengar cengir, “ Nama facebook nya apa ?”
tanyanya lagi. “ A-Q-U-E D-S-N-I S-L-L-U-E… “ aku mengeja hurufnya, Karin
memotongnya. Menyuruhku untuk mengulang ejaanya, tapi aku tidak mau. “ Oke, gue
kasih tau ‘ aku disini selalu bersamamu dan akan selalu bersamamu selamanya’
udah puas ?”.
Hani menyindir Karin “ Giliran denger ada cowok aja
lo langsung semangat “ masih dengan gaya datarnya dan sifat terus- terangnya.
“ Owh, jadi lo enggak suka !? “ bentaknya kepada
Hani.
Hani cuek, melanjutkan minum air putih yang
dibawanya dari rumah, “ denger ya Han, gue itu cuma … “ dia berfikir untuk
melanjutkan kalimat itu, lama sekali. Aku menyahut “ Cuma pengen kenal cowok
baru, biar yang lama ditunggalin? “ aku enggak tau, kenapa aku tidak bisa
menahan kata- kata itu.
“ Kok elo jadi ikut- ikutan sih Sa ?” tanyanya dengan
muka makin merah,
Nyaliku bertambah, “ Kok enggak dilanjutin
ngomongnya? Pasti yang Risa bilang itu bener kan?” Hani membelaku, sedangkan aku mencoba meredakan amarah.
“ Memangnya gue disini enggak boleh ikut- ikutan ya,
aduh sorry ya. Maaf, gue kira gue boleh ikut- ikutan “ Aku mencoba menaikkan
nyakiku semakin besar, seperti yang dilakukan Hani.
“ Ohh, lo makin berani ya !!” dia sepertinya
menantangku. “ Apa ?!!!” aku makin emosi dan menerima tentangannya. Sebelum
akhirnya, Hani memisahkan kami berdua. “ Udah dong. UDAHH !!” bentaknya. Tapi
naasnya, guru BK segera mendengar keributan dan membawa kami ke ruangannya.
Setelah sampai di ruang guru BK, dia mengintrogasi
kami bertiga. Sebenarnya, aku terpancing itu dari keberaniannya Hani, entah
kenapa aku akhir- akhir ini sedang ngefans sama dia. Kagum dengan keberaniannya
yang sanggup berterus terang kepada orang lain.
“ Stephanie Ridian, Sekar Karina, Sharis Alisya “
guru itu menunjuk kami satu persatu. ” Kenapa kalian ribut ? Kantin itu tempat
makan, bukan tempat ribut. Kalo ribut di lapangan sana !”
Jujur aku merasa bersalah, “ Ya maaf Bu “ aku
menunduk. Tapi Karin masih cari masalah, “ Ya Risanya duluan bu “ dia masih
saja njalahin aku. Guru BK itu mempertegas suaranya “ Sudah hentikan, kalian
akan saya hukum “ ucapnya.
“ Tapi jangan menghukum dengan hal yang konyol lho
bu misalnya, membersihkan WC, lari keliling lapangan, dan horm… “ Bu Guru
motong ucapan Hani.
Wajah Bu Guru jadi ramah, “ Bukan membersihkan WC,
tapi membuat kreasi seni yang berhubungan dengan sekolah. Contohnya, lukisan,
karikatur wajah guru, dan kalian bisa cari referensi sendiri. Ingat, ini harus
buatan kalian sendiri! “ beliau menjelaskan tentang hukuman yang harus kami
lakukan, membuat kreasi seni.
“ Waktunya satu minggu, kalian bisa mengumpulkannnya
ke saya “ lanjutnya. Setelah itu kita diperbolehkan keluar dari ruang guru BK
itu, tempat mangkal siswa- siswa yang bermasalah.
Nasehat guru BP itu secara tidak sadar mampu membuat
aku dan Karin baikan. Karin memulai ucapannya “ Friends, kalian mau bikin
kreasi seni apa ?” tanyanya dengan lembut. Aku menjawab pasti, “ Lukisan
tentang sekolah “. Hani menjawab dengan pertimbangan “ Mungkin gue bikin lagu
tentang keindahan sekolah ini “ dia berbicara sambil mendongak ke atas.
Hani bertanya ke Karin, masih bertema hukuman itu. “ Gue sih pastinya puisi, enggak tau juga sih nanti kalo si Tama mau menambahkan
ide “ jawabnya membuatku cemburu.
Kami di introgasi di ruang BK selama pelajaran
terakhir. Sehingga saat kami sudah selesai di hujani beberpa pertanyaan itu
saat jam pelajaran terakhirpun sudah berakhir. Senangnya tidak ikut pelajaran
Bu Indie, guru fisika itu.
Karin hari ini kembali diantar pulang oleh laki-
laki bermotor ninja merah, Tama. Jika seandainya yang jadi posisi Karin itu aku
pasti aku tidak akan berbuat macam- macam dibelakanngnya. Dia itu beruntung
mendapatkan laki- laki yang sempurna, seperti yang aku dambakan.
Aku masuk kedalam mobil dengan perasaan cemburu,
dari dulu aku ingin sekali dibonceng sama Tama menggunakan motor Ninja
merahnya. “ Han, sepertinya Karin beruntung banget bisa dapein Tama. Gue iri
sama dia, dia bisa dapetin cowok yang sempurna itu “.
Hani lalu menggelengkan kepala, “ Lo enggak usah
iri. Lo bisa dapetin yang lain, Sa “ dia mencoba menguatkan aku. “ Mungkin gue
bisa dapetin yang lebih baik dari dia, tapi susah. Susah cari orang yang
attitudenya baik, tajir, ganteng, perhatian dan pinter “.
“ Udah sampe rumah lo nie “ ucapnya mengalihkan
pembicaraan.
Malam harinya aku tidur dengan perasaan gelisah,
mungkin masih karena sifat iri tersebut. Jam waker berdering pukul 04.00,
biasanya dering jam itu tidak terdengar olehku saat aku sedang tidur tapi
khusus untuk hari ini, jam weker itu mampu membangunkan aku.
Aku mengambil telephone untuk mencoba menghubungi
Hani. Semoga saja sahabatku yang rajin itu sudah bangun, aku ingin mencurahkan
semua isi dihatiku.
“ Tut tut tuuuut “ sudah lebih dari 10 panggilan aku
tujukan kepadanya, tapi semuanya enggak ada yang diangkat. Mungkin Hani belum
bangun. Selanjutnya, aku pergi ke dapur entah untuk ngapain, hal yang pertama
aku lakukan disana adalah buka kulkas lalu ditutup lagi.
Mataku menyorot ke sebuah cahaya kecil yang berasal
dari atas meja makan. Sebelum aku mengangkat tetephon itu, aku memohon dalam
hati agar yang menelfonku adalah Hani. Orang yang beberapa menit yang lalu aku
telepon.
Aku mendesah, tanpa berucap setelah aku mengangkat
panggilan itu. “ Sa, tau gak. Si Jeremy udah konfrim gue lhoo, trus gue juga
udah chatingan sama dia, dan kayaknya dia juga suka deh sama gue “ Suara
antusias Karin mengagetkanku, ia pamer segala yang berhubungan dengan Jeremy.
Terus apa masalahnya buat aku? Apakah dia sengaja
memanas- manasi aku dengan menelfonku pagi- pagi terus bilang kalo dia dekat
sama Jeremy. Oh gue tau, biar dia terkesan kalo semalaman mereka chatingan. Aku
perlu gitu, mendapat kabar itu?
Please deh Karin, lo itu bukan apa- apanya Jeremy.
Dia udah punya orang yang dia suka, dan lo gak mungkin dapetin Jeremy dengan
merebut hatinya yang di kasih ke orang yang di sukainya.
Jeremy itu cowok setia, Karin!
“ Owh “ aku merespon tanpa semangat.
Sosok Karin sangat sulit untuk aku gambarkan, dia
selalu peka dengan hal yang berbau cowok bahkan terlalu peka. Karin terlalu
mencari perhatian tiap kali bertemu dengan cowok, selalu.
Subscribe to:
Posts (Atom)